SEBUAH HARAPAN YANG TERGANTUNG DI
ATAS AWAN
( Sebuah refleksi nurani terhadap
realitas kondisi yang tak menentu)
Oleh ; DRS. KASMAD. MPd,I
Senja pajar menyingsing di pagi yang cerah ,dengan tetesan embun di
daun-daun pohon, dengan kabut yang menggumpal di atas awan ,juga mulai
terdengar suara burung berkicau yang indah saling bersautan , sang suryapun
mulai muncul perlahan sehingga embun pagi mulai bergegas meninggalkan.
Aku adalah sosok anak bangsa yang lahir di bumi pertiwi, yang telah
dibekali dengan berbagai bekal ilmu pengetahuan dengan mendapat beberapa helai
kertas berharga sebagai tanda penghargaan dan kini aku telah mendapat gelar
akademik.
Aku lihat di depan ada sebuah harapan yang dapat memberikan kepastian terhadapku, aku akan selalu menunggu dan
bersabar seiring dengan berjalannya waktu
yang lama,aku kini mulai merasa gelisah dan tak menentu untuk menggapai
sebuah harapan yang ku nantikan.
Setelah ku merasakan kegelisahan yang tak berkunjung akhirnya ku melihat
di sampingku sebelah kanan, ternyata banyak diantara saudara-saudara kita telah mengarungi kehidupan penuh dengan
kegembiraan dan keceriaan,walaupun tak seperti diriku. Mereka memiliki jabatan,
hidup penuh dengan harta yang bergelimangan, mobil mewah ia miliki, rumah megah
ia tempati,tabungan deposito di bank lebih dari satu M mereka miliki, tapi
akhirnya lembaga KPK menjemputnya dan ia sekarang banyak yang hidup dibalik
tali jeruji besi. Semua kehidupan yang
mengalami kebahagian di dunia itu adalah semu dan matamorgana yang bisa mengelabui pandangan mata kita
sesaat,dalam benak pikirku.
Dengan rasa berat dalam hati aku
sengaja melihat di sebelah kiri ku, ternyata banyak saudara saudara kita yang
telah melakukan dan terjerumus dalam tindakan a susila, kriminal,obat terlarang
dan sebagainya dengan latar belakang kehidupan yang berbeda, mereka merasakan
kebahagiaan sesaat yang pada akhirnya mereka akan berurusan dengan yang
berwajib dan menyeretnya kedalam kamar bui sebagai ganjarannya.
Lalu setelah lama kuperhatikan disekitar kelilingku ku coba melihat ke
belakang, betapa terkejutnya hatiku tak kuasa menahan rasa iba terhadap
saudara-saudaraku yang masih hidup dalam kemiskinan mereka hidup dengan makan
nasi atau makanan yang terdapat dari tempat sampah, mereka masih banyak meminta
belas kasih dari kita,sehingga ia rela duduk dipinggir jalan yang banyak resiko,lebih
menyayat hati banyak anak-anak jalanan dalam usia belajar mereka berada dilampu
merah, dan masih banyak lagi saudara saudara kita yang dalam hidup kelaparan
sehingga mereka memasak dengan nasi bekas.walau bagaimanapun itu adalah
saudara-saudara kita.
Akhirnya ku tertunduk sambil menatapkan wajaku ke bawah tanah dengan merenung dan berpikir bahwa semestinya aku
bersyukur kepada sang pencipta, yang telah menganugrahkan segala nikmat yang
telah ku terima selama ini, terutama nikmat iman dan islam sehingga aku tak
boleh mengeluh dan putus asa atas segala Rahmat yang Allah Swt yang telah
berikan pada hambanya.
Dengan segala kerendahan hati dan harapan yang pasti kuserahkan dan bertawakal kepada Allah Swt, Dzat yang maha
Rahman dan Rahim, mulailah kini aku harus berbuat dan berkarya tanpa bergantung
dan menjadi beban yang lain sambil
menadahkan tangan menatap keatas langit dan bersujud bertasbih memohon agar
dalam kehidupanku mencapai kebahagian baik di dunia dan Akherat kelak , Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar